Pelajaran apa yang dapat dipetik dari dongeng tersebut?
Pada
sebuah desa di Bali, hiduplah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang
ayah, ibu dan dua orang anak yang bernama Bawang dan Kesuna. Ayahnya adalah seorang
petani dan ibunya bertugas menjaga kedua anaknya di rumah.
Suatu
hari, seperti biasanya sang Ayah bekerja di sawah dan sang Ibu pergi ke pasar
untuk berbelanja. Sementara kedua anak tersebut diberikan pekerjaan untuk
memasak nasi dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.
Kesuna yang baik hati,
meminta Bawang untuk menumbuk padi, karena dia mau mengerjakan yang lain. Tapi
Bawang memberikan kembali pekerjaan menumbuk padi kepada kesuna dan mengatakan bahwa
dia yang akan mengayak padi yang sudah selesai ditumbuk Kesuna. Selepas itu,
Kesuna kembali meminta Bawang menepati janjinya, tapi sebelum Kesuna berbicara,
bawang sudah menolak terlebih dahulu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Kesuna
yang sabar terus diuji, dia pun mengayak. Setelah itu, Bawang masih terus
beralasan lagi untuk menolak semua permintaan dari Kesuna, akhirnya merasa
Bawang tidak ingin menolongnya, Kesuna mengerjakan sendiri semua pekerjaan
rumah itu. Karena merasa kegerahan, Kesuna mandi ke sungai. Tidak lama setelah
Kesuna pergi, Sang Ibu pulang dari Pasar. Bawang yang sifatnya pemalas dan si
tukang fitnah pun segera berlari menuju dapur dan mengotori semua tangan serta
mukanya.
Sang
Ibu yang melihat Bawang yang tampak kelelahan itu pun terkejut. Bawang memfitnah
Kesuna dengan menjelaskan bahwa Kesuna tidak membantu apa-apa. Merasa kesal dan
marah, sang Ibu pun memukul dan mengusir Kesuna ketika Kesuna kembali. Kesuna yang
merasa sedih serta bingung harus kemana, akhirnya dia berjalan tanpa arah dan
sampailah di tengah hutan. Tiba-tiba dia melihat burung crukcuk kuning dan
memohon kepada burung crukcuk kuning untuk membunuhnya dengan cara mematuk
ubun-ubunnya. Burung Crukcuk kuning pun menghampiri dan segera mematuk
ubun-ubun Kesuna, namun betapa kagetnya dia bahwa bukan sakit yang dirasakan
justru malah rangkaian bunga emas yang menempel di kepalanya seperti mahkota. Tidak
hanya ubun-ubun yang dipatuk, burung itu juga mematuk kupung, leher, tangan,
dan kakinya. Namun semua yang dipatuk berubah menjadi perhiasan yang mewah. Setelah
itu, Kesunan pun pulang dan tinggal di rumah neneknya.
Suatu
hari,Bawang pergi kerumah neneknya untuk meminta kayu bakar, Bawang melihat
Kesuna yang dipenuhi oleh emas pun bertanya darimana Kesuna mendapatkannya. Karena
Kesuna adalah anak yang baik dan jujur maka kesuna pun mengatakan kepada Bawang.
Dengan cepat Bawang pulang dan pura pura dimarahi oleh ibunya,iapun menangis
lalu pergi kehutan dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Kesuna.
Namun bukan emas yang muncul, namun luka parah yang muncul diseluruh bagian
tubuh Bawang yang dipatuk crucuk tersebut. Makin lama luka tersebut pun makin
bertambah parah dan Bawang pun mati ditempat tesebut.
***
Demikianlah
akhir dari kisah ini.
Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari dongeng ini adalah Setiap orang yang serakah dan suka memfitnah orang lain
akan mendapatkan balasan yang setimpal. Namun setiap perbuatan yang baik pasti
akan membuahkan hasil yang baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar